Jumat, 17 Maret 2017

,

Segel Hegel : Prolog

Dikarenakan tidak jelasnya setting tempat dan waktu yang ada dalam kisah Segel Hegel ini. maka, saya sebagai penulis merasa perlu menjelaskan awal mula dari sebuah dunia dalam kisah Segel Hegel ini.

 

 


Bumi menjadi tempat bagi seluruh mahluk hidup berkumpul. Manusia adalah salah satu penghuni yang selalu membawa perubahan di bumi. namun perubahan yang mereka buat tidaklah selalu baik, terkadang mereka juga menghasilkan hal yang buruk. pada tahun 3005 masa bumi ketiga telah ditemukan pemersatu alam gaib dan alam nyata. semua yang bersifat mistis mulai diteliti dan dianggap sebagai ilmu pengetahuan baru. sampai akhirnya mereka membuat berbagai alat yang berenergi sihir.
 
Perang yang terjadi pada tahun 3027 masa bumi ketiga, telah merusak hampir seluruh bumi. perang dimulai ketika ada sebuah organisasi yang menginginkan adanya persatuan seluruh negeri di bumi. organisasi itu bernama Hegel Corporation. Mereka melancarkan misinya untuk menyatukan bumi, bukan dengan kedamaian tetapi dengan merusak. Penemuan senjata rahasia oleh Hegel Corp. inilah yang mengawali langkah mereka untuk menyatukan dunia. Senjata rahasia mereka digunakannya untuk menghancurkan negeri lain. Ini adalah senjata yang menggunakan teknologi sihir dimana ditemukan lima tahun sebelumnya sebagai perangkat komunikasi masa depan, tetapi telah diubah oleh menjadi senjata yang sangat dahsyat hingga seluruh negara dapat  tunduk.

Namun dibalik kejahatan tersebut masihlah ada kebaikan. Sebuah organisasi yang juga mulai mengembangkan sihir mereka untuk penyembuhan dan pembangunan mulai menentang dengan sembunyi-sembunyi. Mereka bergerak dalam kegelapan untuk menyelamatkan manusia lain dan merekrut manusia yang menentang organisasi Hegel Corp. Organisasi ini tidak mempunyai nama secara pasti karena mereka bergerak dalam bayangan, tapi para anggotanya biasa menggunakan kode Organ Putih.

Peperangan antara kedua pihak terus terjadi selama bertahun-tahun sampai suatu hari Organ Putih berada di ambang kehancuran. Jika organ putih hancur maka dunia juga akan hancur. namun kesempatan untuk membalikkan keadaan kembali muncul ketika seorang lelaki anggota dari Organ Putih yang berhasil bertahan, mendapatkan kejutan yang tidak terduga. Dia kembali mengulang 20 tahun hidupnya dengan seluruh ingatan dan mentalnya tetap sama. Akan tetapi seluruh hidupnya sudah tak sama lagi dengan 20 tahun di masa lalunya. Sehingga dia harus menjalani kekhidupan yang berbeda untuk menghentikan Hegel Corporation.

 
Continue reading Segel Hegel : Prolog

Minggu, 12 Maret 2017

,

Segel Hegel : Chapter 5





Makin hari aku semakin terbiasa dengan situasi ini. yang sebelumnya merasa dunia  telah berubah sekarang aku mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi. sepertinya ini adalah hadiah yang aku terima setelah aku menyelamatkan kedua gadis itu. gadis yang berada dalam lingkaran, Mereka mengatakan bahwa setelah aku menyelamatkan mereka aku akan mendapatkan kebahagiaan. mungkin ini adalah yang mereka maksud dengan kebahagiaan. bagaimana tidak bahagia, aku dapat mengulang hidupku 20 tahun lebih muda, hidupku jauh lebih damai dari dulu, dan sekarang keluargaku tidak semiskin dulu. Karena itu, aku menyebut dunia ini dengan dunia hadiah, dimana aku bisa merubah takdir.


                Kehidupan memang berjalan dengan lancar didunia ini, aku bisa menjadi orang yang lebih baik.dengan mentalku yang berada pada 20 tahun kedepan, dimana aku sudah menghadapi terlalu banyak pengalaman pahit, sehingga hidup didunia ini serasa begitu mudah. Namun sayang, karena aku kembali ke masa dimana aku 20 tahun lebih muda maka aku harus kembali bersekolah di sebuah sekolah menengah atas, tahun pertama tepatnya. Karena berada dimasa 20 tahun lebih tua secara mental dibanding anak-anak seumuranku kini di sekolah menengah, aku tidak dapat bersaing dengan mereka didalam bidang akademik. nilaiku yang 20 tahun lalu saja tidak lebih dari 7 atau hanya pas rata-rata, apalagi sekarang setelah tidak belajar beberapa tahun, apa yang terjadi, tidak lain adalah semua nilai ulanganku yang jauh dibawah rata-rata. Itu adalah bencana bagiku, dimana setelah bersekolah selama 8 jam selama seminggu, aku harus menambah jam belajar dengan mengikuti kelas ekstra yang didatangkan langsung ke rumahku, atau mereka menyebutnya les privat. memang kehidupanku yang baru juga mengubah pola pikir orang tuaku yang baru, jika di dunia yang lalu mereka pasti akan membiarkan nilaiku yang jelek, tapi kini tentu berbeda. 


Kehidupanku terus berjalan dengan statis selama beberapa bulan, belajar dan terus belajar. aku merasa tidak ada gunanya jika aku dapat mengulang 20 tahunku tetapi aku sama sekali tidak melakukan hal yang lebih bermanfaat dari belajar di sekolah. Menurutku, terlalu menggeluti bidang akademik hanya akan membuat diriku terbawa oleh pola pikir mereka yang atas, orang yang mengatur bagaimana pendidikan berjalan. tapi mereka membatasi pendidikan di sekolah sehingga kami hanya akan belajar teori itu-itu saja sampai lulus, atau dalam pepatah yang aku pelajari
“give a man a fish and you feed him for a day, teach a man to fish and you feed him for a lifetime”

 dalam kehidupanku ini berarti bahwa jika aku hanya mendapatkan suapan dari pelajaran yang mereka berikan aku hanya akan menggunakannya di waktu itu saja, tetapi bila aku mendapatkan pengalaman dari hidup itu akan berbeda lagi, aku akan bisa meggunakannya selama aku hidup. Jadi aku pada dasarnya lebih cocok belajar di kehidupan nyata secara langsung, atau pelajaran yang dapat menggali pelajaran lain. Apa itu pelajaran yang dapat menggali pelajaran lain? Itu adalah cara berfikir secara mandiri untuk mendalami bagaimana sesuatu bisa terjadi, itu adalah ilmu yang paling aku sukai.


                Rasa kebosananku akhirnya memuncak, aku sudah tidak dapat menahannya lagi, kuputuskan untuk membolos sekolah serta les sepulang sekolah. untuk itu aku pergi ke tempat dimana dapat berfikir secara bebas mencerna apa yang terjadi dalam hidup ini tanpa ditemani siapapun. Untuk itulah saat tepat di depan rumah sebelum aku dan Axio berangkat sekolah aku mencari alasan,


                “Axe, kurasa sebaiknya kau berangkat lebih dulu, aku ada janji dengan Sam untuk berangkat bersama, jadi aku akan menghampirinya dulu”


Aku mencoba membuat alasan terhadap Axio. karena dia berada dalam satu sekolah tapi berbeda kelas, aku tahu bila dia tidak akan mengijinkanku untuk membolos sekolah. walaupun akhirnya dia akan tahu kalau aku tidak berangkat, tapi setidaknya aku tidak perlu diseret sampai mau datang ke sekolah, untuk masalah pulang bisa kupikirkan nanti,


                “begitukah? Kalau begitu aku ikut Ace, semakin ramai semakin asik bukan?”
tidak mudah menipunya untuk acara bolos sekolah, mengapa juga dia malah malah mau ikut, aku memikirkan cara lain, agar tidak curiga aku menerima tawarannya untuk ikut ke rumah Sam, bila tidak pasti dia akan mengorek informasi lebih dariku.


                “Tentu saja, aku setuju denganmu, tapi kau tahu apa yang lebih asik Axe?”

Dia tampak mencoba membaca pikiranku, wajahnya tampak mengerut selama beberapa detik kemudian dia mulai mengubahnya menjadi senyuman,

                 “Aku tahu Ace, lomba lari bukan?”

Aku tahu dia akan mengatakan itu. dan pasti aku selalu kalah darinya. karena itu adalah hal favoritnya, jadi akan aku gunakan sebagai cara agar aku bisa lepas darinya,

Yep, tepat sekali, kita akan berlomba dari depan rumah sampai ke rumah Sam, bagaimana kalau kita mengambil jalan yang lebih jauh? Jarak rumah Sam hanya 300 meter dari sini, itu akan terlalu singkat untuk beradu lari denganmu.”

Tanpa banyak pikir Axio segera menjawabnya,

“baiklah, kita lewat taman kalau begitu, jadi jaraknya akan menjadi 500 meter, bagaimana?”


“oke” kataku


“baiklah, ayo, jika kau curang ak…”


Sebelum Axio menyelesaikan kalimatnya aku sudah berlari lebih dulu dengan sekuat tenaga, Axio yang merasa aku curang dan tidak mau kalah dalam lomba favoritnya ini langsung maju dengan kecepatan penuh, begitu cepatnya hingga hanya dalam beberapa detik dia berhasil menyusulku, sambil berlari dia sempat ngomong

“sudah kubilang jangan curang kan, kau harus membayar makan siangku hari ini”


Tanpa melihatnya dan tetap lari dengan kecepatan penuh aku membalasnya


“itu hanya akan terjadi jika kau dapat mengalahkanku!”


“baiklah”  seraya menyeringai

dia semakin merasa tertantang dan lebih mempercepat larinya, kurasa kecepatan penuhku hanyalah seperempat tenaga baginya. dengan mudahnya bagaikan mesin bertenaga kuda, Axio melaju meninggalkanku tanpa jejak. Aku tahu dia sangat bersemagat hingga akhirnya rencanaku berhasil. aku hanya perlu mencari jalan lain agar aku tidak bertemu dengannya, aku merubah lariku menjadi jalan cepat lalu perlahan berhenti.

“biarlah nanti dia menungguku, kalau sudah waktunya masuk paling dia akan berangkat, apalagi dia anak yang sangat disiplin”

                Setelah tugas mengalihkan perhatian Axio beres, Aku mengubah arahku ke hutan yang jaraknya hampir 10 km dari rumahku. agar lebih cepat aku perlu naik bus sampai desa terdekat, lalu aku akan jalan sekitar 30 menit. Agar bebas dari hal yang tidak diinginkan aku telah mempersiapkan baju ganti di tasku, kaos oblong dan celana training. kostum yang sangat nyaman untuk membebaskan diriku dari kegiatan sekolah. Halte bus terdekat tidak jauh dari tempat aku berdiri tadi, tidak lama aku sudah sampai. Menunggu bus kearah yang ingin aku tuju lebih lama dari yang kukira. bus ke arah desa memang jumlah yang tersedia lebih sedikit, mengikuti penumpang yang biasa menggunakannya. 

                Sambil menunggu bus yang belum datang, aku mencoba mencari informasi tentang tempat yang pas untuk menyendiri lewat internet smartphoneku. Sungguh sia-sia aku melakukan ini setelah aku memutuskan untuk pergi ke hutan. Seharusnya aku melakukannya sebelumnya. Tapi itu tetap kulanjutkan dan sesekali aku menemukan tempat yang pas, tapi itu berada diluar jangkauanku. akhirnya aku mempersempit area pencarianku dan menemukan tempat yang pas, dan betapa beruntungnya, tempat itu persis dimana tujuanku berada. Akan memakan waktu lebih untuk berjalan sampai ke lokasi yang tertera di sebuah sumber tidak jelas itu. disana dibilang bahwa aku harus berjalan sekitar 2 km untuk mencapai lokasi tersebut dari pintu masuk hutan sebelah barat, yaitu arah dari mana aku datang. Katanya walaupun jaraknya lumayan jauh, Akses jalan kesana sangatlah mudah, karena ada jalan setapak yang sudah diberi tanda-tanda sebagai penunjuk jalan. Kuputuskan untuk pergi ke tempat yang tertera di sumber tidak jelas yang kutemukan. Hutan terdekat di kotaku yaitu hutan Aspen adalah tempat yang biasa digunakan untuk berwisata, sebab pemandangannya yang indah dan udaranya yang begitu sejuk, suasananya juga begitu damai, dan tempat yang paling indah tetapi jarang dikunjungi adalah bagian yang ditulis sumber tadi.

                20 menit berlalu akhirnya bus yang kutunggu datang. aku segera masuk kedalam bus dan mencari kursi yang masih kosong. tidak perlu waktu lama aku menemukan kursi yang masih kosong, hanya ada  3 penumpang di dalam bus yang membuat aku bebas memilih tempat ternyaman. Aku memilih duduk dibelakang sopir agar aku dapat memantau tujuanku. 40 menit kemudian sampai aku tiba di desa Pen yaitu desa terdekat ke hutan Aspen dari arah barat hanya ada 1 penumpang yang naik. Kata sopir bus selama di perjalanan, memang pada hari kerja bus ke jurusan ini selalu sepi di pagi hari, tapi akan ramai di sore hari. Aku turun dari bus dan segera menuju ke hutan, kupercepat langkahku aku dapat sampai kesana sebelum matahari terlalu tinggi. 

                Saat masuk kedalam hutan suasana begitu berbeda. begitu sunyi dan segar, pepohonan menjulang tinggi bagai gedung pencakar langit, batangnya juga sangat besar-besar, hampir matahari tidak terlihat jika pohonnya lebih rapat dari ini. Hal yang sangat aku harapkan. Aku sempat mengurungkan niat untuk pergi ke tempat yang dikatakan sumber tadi karena suasana ini, tapi aku kembali yakin karena semakin aku berjalan ke dalam hutan, semakin ramai pula orang yang mencari kayu bakar dan rempah-rempah di hutan. penduduk desa ini memang lebih memilih mencari di hutan daripada bercocok tanam dan mengembangkannya sendiri. Ini membuat hutan menjadi ladang alami bagi mereka. Walaupun mereka membuat hutan sebagai ladang mereka, tetapi semua masih tetap begitu alami. Mereka malahan membersihkan kayu-kayu kecil yang berserakan  dengan membawanya pulang. Entah bagaimana cara mereka membagi panenan mereka di hutan ini. 

            Aku tetap menjaga langkahku agar tetap stabil, mengikuti petunjuk arah yang telah disediakan. sungguh beruntung aku sama sekali tidak merasakan lelah. Aku berfikir bahwa tidak ada yang lebih melelahkan daripada mengikuti kegiatan rutinku berbulan-bulan lalu. perjalanan ini jadi mengingatkanku akan duniaku dulu, dimana aku selalu berjalan dan terus berjalan. hal yang membuatku terbiasa, tapi di perjalananku dulu tidak ada yang seperti ini. Pohon menjadi hal yang menakjubkan, aku terus mengingat sedikit demi sedikit tentang kehidupan masa laluku, kurasa ini memang tempat yang tepat untuk merenungkan apa yang telah aku jalani.

                Tidak lama kemudian aku mulai mendengar suara gemericik air, begitu menenangkan, lalu dilanjutkan dengan nyanyian burung yang begitu merdu. aku begitu gembira sehingga membuatku berlari mengejar apa yang sama sekali belum pasti. kegembiraan yang belum pernah kurasakan, aku merasa benar-benar hidup bila berada di alam seperti ini. aku berlari menerobos hutan seperti sedang melakukan halang rintang. dengan cekatan aku menghindari setiap akar pohon yang menonjol ke atas tanah. setelah melewati jembatan yang melalui sungai yang begitu lebar. akhirnya apa yang ku kejar mulai tampak. gemericik air memang memang tanda yang paling pas.  aku melihat sungai yang berasal ke sebuah danau yang begitu luas. aku berhenti sejenak saking kagumnya dengan pemandangan ini, di kanan dan kiriku terdapat sungai kecil yang begitu banyak berbentuk undak-undakan seperti anak tangga, kemudian terhubung menjadi satu jauh dibelakangku tadi. jauh di seberang danau terlihat sebuah …. 
  

Bersambung ke Chapter 6



Continue reading Segel Hegel : Chapter 5

Jumat, 10 Maret 2017

,

Segel Hegel : Chapter 4




          <-- ke Chapter 3



  Itulah yang disebutnya , namaku, nama yang kutinggalkan karena aku tidak ingin orang lain menderita bila aku tetap memakai nama itu, nama yang diberikan kedua orang tuaku, aku kembali mengingatnya, setelah sekian tahun tidak pernah kugunakan kini ada orang yang memanggilku, aku mulai gemetar, seluruh tubuhku merasakan semua kesenangan dan kejutan yang luar biasa, ini adalah sebuah anugerah bagiku, karena tidak akan mungkin musuh mengetahui namaku sebelum aku mengikuti peperangan, aku yakin bahwa mereka bukanlah musuh.

 

            “kenapa kamu masih tetap disitu Acer? Cepatlah kemari, kami ingin membicarakan sesuatu.”

Laki-laki yang kelihatan lebih tua kembali memanggilku, dan itu berefek berbeda dari sebelumnya setelah dia menyebutkan namaku, tanpa aku sadari aku berjalan kearahnya dan tanpa kusadari mataku mulai berkaca-kaca,

“kurasa kakakmu benar, kamu sedang aneh hari ini, tadi kamu ingin lari dan sekarang tanpa ada sesuatu apapun kamu malah menangis, ada apa denganmu Acer?”

Aku sadar dia bilang mengangis, bagaimana aku yang seorang pejuang  bisa mengangis tanpa sesuatu sebab, aku mengusap mataku dengan lengan bajuku, kemudian aku menatap dia yang tadi berbicara kepadaku, matanya begitu tajam dan menusuk, seolah tanpa dia berbicara aku mengerti apa yang dia inginkan, bingung apa yang harus kukatakan, aku mengupulkan kembali mentalku dan bertanya kepada orang tua tadi,

“bagaimana anda  dapat mengetahui namaku tuan?”

Aku bertanya dengan rasa menghormatinya karena dia terlihat sangat berwibawa, 

“bagaimana? Tentu saja karena aku yang memberikan nama itu padamu,” 

dia sangat yakin bahwa dia yang memberikan nama kepadaku, aku kaget bukan main, 

“haa?, anda yang memberikan nama itu kepadaku?” 

Padahal yang memberi nama adalah ayahku, tidak mungkin dia yang memberikannya, dia sama sekali tidak mirip dengannya, aku mulai gusar dan seakan aku membuat wajah yang sangat tolol,

“tentu saja Acer, apa kamu lupa kepada kami?” 

Di setiap perkataanya tampak tiada kebohongan sedikitpun, begitu terang bagiku, aku hanya bisa jujur dan terus ujur kepadanya

“lupa? Mungkin, atau sebenarnya aku sama sekali tidak tahu siapa sebenarnya kalian.”
Seperti tanpa jeda dia langsung membalas kata-kataku

“aku ayahmu acer, apa kau tidak ingat kemarin dan kemarinnya lagi kau bertemu dengan kami.”

Dia menyuruhku mengingat sesuatu, tapi apa yang bisa kuingat tentang aku dan mereka, bahkan kemarin aku sama sekali tidak bertemu dengan mereka, aku sangat ragu karena tidak mempunyai sesuatu ingatan pun tentang mereka, aku hanya bisa memberikan pertanyaan yang bisa menarik penjelasan darinya,

“ayah? Apa anda yakin? Yang aku ingat adalah ayahku tidak setampan anda dan dia hanyalah seorang buruh yang miskin, mereka tidak mempunyai rumah yang bersih seperti ini pula, dan anda  bilang tentang  kakak, apa dia yang anda maksud?” 

Seraya menunjuk pemuda yang tadi masuk ke kamar,

“ya, aku, jadi memang kamu entah mengapa lupa dengan kami?” kata pemuda tadi

“tunggu dulu, bila kamu adalah kakak ku, apakah kamu Axio Asterio? Yang lahir hampir berbarengan denganku?”

Setelah mereka mengaku sebagai keluargaku meski wajah mereka sangat berbeda berarti aku dapat menghubungkan nama yang aku tahu kepada mereka, Tanpa kusadari aku mengemukakan pertanyaan itu kepadanya, tapi bila dia menjawab bukan berarti aku yang benar


“tepat sekali, kamu ingat namaku, bagaimana mungkin kamu dapat melupakan wajahku?, tidak, bukan hanya wajahku, tetapi wajah kami.”  kata Axio dengan sangat antusias

“aku tidaklah lupa dengan wajah kalian, tapi memang kalian begitu berbeda,” balasku mencoba menjelaskan kepada mereka

“berbeda, bagaimana bisa, kami sejak dulu kan memang begini” dia terlihat begitu bingung dengan pembicaraan ini

“sudahlah, kita bahas ini nanti, aku ingin berbicara berdua dengan Acer,” kata Tuan itu

“baiklah ayah,” balas Axio

“apa yang anda ingin bicarakan denganku?” aku bertanya sebelum dia mengajakku berdiskusi lebih lanjut,

“sebaiknya jangan disini, mari kita ke kamarmu terlebih dahulu“  

 Tuan itu terlihat sangat serius, tak kalah juga diriku yang sangat penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi. Aku mengikutinya kearah kamar dimana aku datang tadi, setelah aku dan dia di dalam,  tuan itu menutup pintu kamar, jendela, seolah tidak ingin diketahui oleh siapapun

“mengapa anda melakukan itu?” aku sangat penasaran dan waspada,

“untuk keamanan kita berdua, “

 balasnya dengan muka datar yang dingin, jeda beberapa saat dan semua terdiam

 “ehem” 
dia mencoba membersihkan tenggorokannya yang sepertinya tidak gatal atau sejenisnya.
dia tampak gugup sekarang, tidak seperti tadi ketika dibawah dan dehemannya seperti ingin menguatkan mentalnya untuk mengatakan sesuatu. 
 
“ ehem, jadi begini Acer, aku sungguh tidak kaget dengan keaadanmu yang seperti ini, apa kau tahu mengapa? Aku akan menceritakannya jika kau ingin, bila tidak aku hanya akan bicara langsung ke inti saja”

“tentu, ceritakan saja,  mungkin itu memang perlu, karena aku juga tidak mempunyai petunjuk apapun tentang apa yang sebenarnya teradi pada diriku.”


“baiklah, dulu, saat kamu masih kecil, pernah ada seseorang yang datang berkunjung kerumah ini, dia adalah seorang teknisi listrik yang memperbaiki kelistrikan pada saat itu , karena bukan hanya sekali dua kali dia datang maka kami sering menjamunya untuk beberapa saat sebelum dia bekerja, dia adalah orang yang senang bercanda walaupun kadang leluconnya sama sekali tidak lucu, tapi itu dapat membuat kami bisa dekat, nah, pada saat suatu penjamuan, dia berbincang tentang sesuatu yang bagiku tidak masuk akal, dia berkata bahwa dia sebenarnya dari masa depan dan dia tahu segalanya, kupikir dia hanya bercanda jadi aku menanggapinya dengan tertawa, tetapi dia tetap memasang muka serius kali ini, tidak biasanya dia tidak tertawa dengan leluconnya sendiri, lalu aku bertanya kepadanya, apakah anda sedang tidak bercanda?” dia menghentikan sejenak ceritanya, “apa kamu tahu apa jawabnya?”


“mungkin, seperti iya, benar, aku tidak berbohong, atau dia membuktikan sesuatu..” 


“ya, itu mendekati, tapi dia mengatakan sesuatu tentang dirimu”


“diriku? Jadi dia mengenalku?”


“tidak, sama sekali tidak, mungkin dia hanya melihat sekilas dirimu, tapi yang dikatakannya adalah bahwa kamu suatu hari akan melupakan sesuatu yang penting dan mengingat sesuatu yang penting, dan itu akan merubah dunia, saat itu aku belum memahami maksudnya, tapi dia memberikanku sesuatu,”


“apa itu?”


“dia memberikanku sebuah bola lampu yang terbuat dari intan, sesuatu yang mustahil bukan?”


“jadi, apakah anda hanya menerimanya begitu saja?”


“tentu tidak, aku kaget diperlihatkan sebuah bola lampu yang terbuat dari intan tersebut, terlebih dia memberikannya kepadaku, dia hanya bilang bahwa bila kamu berlaku tidak normal dan melupakan diriku aku harus memberikannya padamu sebagai obat penawar yang akan menuntunmu, itu adalah jamuan terakhir yang bisa kuberikan padanya, setelah itu aku tidak pernah melihatnya lagi, bagaimana menurutmu mengenai cerita ini?,”


“aku rasa dia adalah peramal,” 


“mungkin iya, aku baru menyadarinya setelah semua ini terjadi” dia sekarang terlihat begitu murung

“jadi, anda sekarang akan memberikan bola lampu itu kepadaku sekarang?” aku sudah mulai bersemangat dengan pembicaraan ini

“sekarang aku tidak memilikinya lagi”


 “apa? Anda menghilangkan sebuah bola lampu intan yang begitu langka?” 
aku otomatis merespon dengan cepat karena jawabannya telah menggugurkan jalan keluarku dari masalah ini

“bukan hilang, kamu memang sudah sepantasnya tahu, aku menjualnya untuk melunasi segala hutang keluarga yang sudah lama semakin membengkak”

“anda menjualnya??, kepada siapa?”


“kepada sang rentenir, namanya Eichpie Levi, aku menggunakannya sebagai tebusan, dan ternyata dia mau, dan untungnya dia tidak bertanya darimana aku mendapatkannya”


“kalau boleh aku tahu, berapa hutang keluarga ini?”


“mencapai 3 juta dolar”


“3 juta dolar? Itu sangatlah banyak, aku merasa bahwa bola lampu tadi adalah satu-satunya petunjuk, tapi sekarang harapanku langsung sirna,”


“maafkan aku Acer , aku benar-benar tidak memahami bahwa itu adalah ramalan”


“itu bukan salah anda tuan”


“janganlah kamu panggil tuan, aku ini ayahmu”


“maaf, aku hanya belum terbiasa”


“biasakanlah, tidak peduli kau sedang lupa, kami adalah keluargamu kami selalu ingat denganmu, kau tidak harus pergi kemana-mana, tinggallah bersama kami dan jalani kehidupanmu seperti biasa, walaupun kau tidak ingat sesuatu apapun, kami bisa memberitahukan kepadamu apa yang ingin kau tahu”


“emmm, aku akan..”

Tiba-tiba pintu diketuk

“apa kalian selesai? Kau mau berangkat kesekolah tidak Acer?” Axio setengah berteriak di depan pintu kamar

“baiklah, segeralah mandi, ibumu akan menyiapkanmu bekal karena kamu belum sempat sarapan” 
dia begitu memperhatikan keluarganya, dan ini sudah jam anak sekolah, seharusnya dia juga bekerja, tapi dia sudah bukan buruh lagi, aku tidak tahu apa pekerjaannya sekarang pikirku

“helo? Apa kalian masih didalam?” Axio kembali setengah berteriak

“iya Axio,” Ayah juga membalasnya dengan setengah berteriak, lalu berdiri sambil menepuk pundakku dan berbalik membuka pintu

 “tunggu sebentar ya, biar adikmu mandi dulu, kita tunggu dibawah saja,” ayah berkata kepada Axio dengan tersenyum, aku tidak begitu mengenal mereka yang mengaku keluargaku, tetapi aku merasa nyaman dengan suasana ini

“baiklah” kata Axio dengan sedikit jengkel,  lalu menghadap kepadaku “kutunggu 5 menit Ace”

“baiklah.” Aku tersenyum padanya . 


Continue reading Segel Hegel : Chapter 4