Itulah yang disebutnya , namaku,
nama yang kutinggalkan karena aku tidak ingin orang lain menderita bila aku
tetap memakai nama itu, nama yang diberikan kedua orang tuaku, aku kembali
mengingatnya, setelah sekian tahun tidak pernah kugunakan kini ada orang yang
memanggilku, aku mulai gemetar, seluruh tubuhku merasakan semua kesenangan dan
kejutan yang luar biasa, ini adalah sebuah anugerah bagiku, karena tidak akan mungkin
musuh mengetahui namaku sebelum aku mengikuti peperangan, aku yakin bahwa
mereka bukanlah musuh.
“kenapa
kamu masih tetap disitu Acer? Cepatlah kemari, kami ingin membicarakan
sesuatu.”
Laki-laki yang kelihatan lebih tua
kembali memanggilku, dan itu berefek berbeda dari sebelumnya setelah dia
menyebutkan namaku, tanpa aku sadari aku berjalan kearahnya dan tanpa kusadari
mataku mulai berkaca-kaca,
“kurasa
kakakmu benar, kamu sedang aneh hari ini, tadi kamu ingin lari dan sekarang
tanpa ada sesuatu apapun kamu malah menangis, ada apa denganmu Acer?”
Aku sadar dia
bilang mengangis, bagaimana aku yang seorang pejuang bisa mengangis tanpa sesuatu sebab, aku
mengusap mataku dengan lengan bajuku, kemudian aku menatap dia yang tadi
berbicara kepadaku, matanya begitu tajam dan menusuk, seolah tanpa dia
berbicara aku mengerti apa yang dia inginkan, bingung apa yang harus kukatakan,
aku mengupulkan kembali mentalku dan bertanya kepada orang tua tadi,
“bagaimana anda
dapat mengetahui namaku tuan?”
Aku bertanya
dengan rasa menghormatinya karena dia terlihat sangat berwibawa,
“bagaimana?
Tentu saja karena aku yang memberikan nama itu padamu,”
dia sangat
yakin bahwa dia yang memberikan nama kepadaku, aku kaget bukan main,
“haa?, anda
yang memberikan nama itu kepadaku?”
Padahal yang memberi nama adalah
ayahku, tidak mungkin dia yang memberikannya, dia sama sekali tidak mirip
dengannya, aku mulai gusar dan seakan aku membuat wajah yang sangat tolol,
“tentu saja
Acer, apa kamu lupa kepada kami?”
Di setiap perkataanya tampak tiada
kebohongan sedikitpun, begitu terang bagiku, aku hanya bisa jujur dan terus
ujur kepadanya
“lupa?
Mungkin, atau sebenarnya aku sama sekali tidak tahu siapa sebenarnya kalian.”
Seperti tanpa jeda dia langsung
membalas kata-kataku
“aku ayahmu
acer, apa kau tidak ingat kemarin dan kemarinnya lagi kau bertemu dengan kami.”
Dia menyuruhku mengingat sesuatu, tapi
apa yang bisa kuingat tentang aku dan mereka, bahkan kemarin aku sama sekali
tidak bertemu dengan mereka, aku sangat ragu karena tidak mempunyai sesuatu
ingatan pun tentang mereka, aku hanya bisa memberikan pertanyaan yang bisa
menarik penjelasan darinya,
“ayah? Apa
anda yakin? Yang aku ingat adalah ayahku tidak setampan anda dan dia hanyalah
seorang buruh yang miskin, mereka tidak mempunyai rumah yang bersih seperti ini
pula, dan anda bilang tentang kakak, apa dia yang anda maksud?”
Seraya menunjuk pemuda yang tadi
masuk ke kamar,
“ya, aku,
jadi memang kamu entah mengapa lupa dengan kami?” kata pemuda tadi
“tunggu dulu,
bila kamu adalah kakak ku, apakah kamu Axio Asterio? Yang lahir hampir
berbarengan denganku?”
Setelah mereka mengaku sebagai
keluargaku meski wajah mereka sangat berbeda berarti aku dapat menghubungkan nama
yang aku tahu kepada mereka, Tanpa kusadari aku mengemukakan pertanyaan itu
kepadanya, tapi bila dia menjawab bukan berarti aku yang benar
“tepat
sekali, kamu ingat namaku, bagaimana mungkin kamu dapat melupakan wajahku?,
tidak, bukan hanya wajahku, tetapi wajah kami.” kata Axio dengan sangat antusias
“aku tidaklah
lupa dengan wajah kalian, tapi memang kalian begitu berbeda,” balasku mencoba
menjelaskan kepada mereka
“berbeda,
bagaimana bisa, kami sejak dulu kan memang begini” dia terlihat begitu bingung
dengan pembicaraan ini
“sudahlah,
kita bahas ini nanti, aku ingin berbicara berdua dengan Acer,” kata Tuan itu
“baiklah
ayah,” balas Axio
“apa yang
anda ingin bicarakan denganku?” aku bertanya sebelum dia mengajakku berdiskusi
lebih lanjut,
“sebaiknya
jangan disini, mari kita ke kamarmu terlebih dahulu“
Tuan itu terlihat sangat serius, tak kalah
juga diriku yang sangat penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi. Aku
mengikutinya kearah kamar dimana aku datang tadi, setelah aku dan dia di dalam,
tuan itu menutup pintu kamar, jendela,
seolah tidak ingin diketahui oleh siapapun
“mengapa anda
melakukan itu?” aku sangat penasaran dan waspada,
“untuk
keamanan kita berdua, “
balasnya dengan muka datar yang dingin, jeda
beberapa saat dan semua terdiam
“ehem”
dia mencoba membersihkan tenggorokannya
yang sepertinya tidak gatal atau sejenisnya.
dia tampak gugup sekarang, tidak seperti tadi
ketika dibawah dan dehemannya seperti ingin menguatkan mentalnya untuk
mengatakan sesuatu.
“ ehem, jadi
begini Acer, aku sungguh tidak kaget dengan keaadanmu yang seperti ini, apa kau
tahu mengapa? Aku akan menceritakannya jika kau ingin, bila tidak aku hanya
akan bicara langsung ke inti saja”
“tentu,
ceritakan saja, mungkin itu memang
perlu, karena aku juga tidak mempunyai petunjuk apapun tentang apa yang
sebenarnya teradi pada diriku.”
“baiklah,
dulu, saat kamu masih kecil, pernah ada seseorang yang datang berkunjung
kerumah ini, dia adalah seorang teknisi listrik yang memperbaiki kelistrikan
pada saat itu , karena bukan hanya sekali dua kali dia datang maka kami sering
menjamunya untuk beberapa saat sebelum dia bekerja, dia adalah orang yang
senang bercanda walaupun kadang leluconnya sama sekali tidak lucu, tapi itu
dapat membuat kami bisa dekat, nah, pada saat suatu penjamuan, dia berbincang
tentang sesuatu yang bagiku tidak masuk akal, dia berkata bahwa dia sebenarnya
dari masa depan dan dia tahu segalanya, kupikir dia hanya bercanda jadi aku
menanggapinya dengan tertawa, tetapi dia tetap memasang muka serius kali ini, tidak
biasanya dia tidak tertawa dengan leluconnya sendiri, lalu aku bertanya
kepadanya, apakah anda sedang tidak bercanda?” dia menghentikan sejenak
ceritanya, “apa kamu tahu apa jawabnya?”
“mungkin,
seperti iya, benar, aku tidak berbohong, atau dia membuktikan sesuatu..”
“ya, itu
mendekati, tapi dia mengatakan sesuatu tentang dirimu”
“diriku? Jadi
dia mengenalku?”
“tidak, sama
sekali tidak, mungkin dia hanya melihat sekilas dirimu, tapi yang dikatakannya
adalah bahwa kamu suatu hari akan melupakan sesuatu yang penting dan mengingat
sesuatu yang penting, dan itu akan merubah dunia, saat itu aku belum memahami
maksudnya, tapi dia memberikanku sesuatu,”
“apa itu?”
“dia
memberikanku sebuah bola lampu yang terbuat dari intan, sesuatu yang mustahil
bukan?”
“jadi, apakah
anda hanya menerimanya begitu saja?”
“tentu tidak,
aku kaget diperlihatkan sebuah bola lampu yang terbuat dari intan tersebut,
terlebih dia memberikannya kepadaku, dia hanya bilang bahwa bila kamu berlaku
tidak normal dan melupakan diriku aku harus memberikannya padamu sebagai obat
penawar yang akan menuntunmu, itu adalah jamuan terakhir yang bisa kuberikan
padanya, setelah itu aku tidak pernah melihatnya lagi, bagaimana menurutmu
mengenai cerita ini?,”
“aku rasa dia
adalah peramal,”
“mungkin iya,
aku baru menyadarinya setelah semua ini terjadi” dia sekarang terlihat begitu
murung
“jadi, anda
sekarang akan memberikan bola lampu itu kepadaku sekarang?” aku sudah mulai
bersemangat dengan pembicaraan ini
“sekarang aku
tidak memilikinya lagi”
“apa? Anda menghilangkan sebuah bola lampu intan
yang begitu langka?”
aku otomatis merespon dengan cepat karena jawabannya telah
menggugurkan jalan keluarku dari masalah ini
“bukan
hilang, kamu memang sudah sepantasnya tahu, aku menjualnya untuk melunasi
segala hutang keluarga yang sudah lama semakin membengkak”
“anda
menjualnya??, kepada siapa?”
“kepada sang
rentenir, namanya Eichpie Levi, aku menggunakannya sebagai tebusan, dan
ternyata dia mau, dan untungnya dia tidak bertanya darimana aku mendapatkannya”
“kalau boleh
aku tahu, berapa hutang keluarga ini?”
“mencapai 3
juta dolar”
“3 juta
dolar? Itu sangatlah banyak, aku merasa bahwa bola lampu tadi adalah
satu-satunya petunjuk, tapi sekarang harapanku langsung sirna,”
“maafkan aku
Acer , aku benar-benar tidak memahami bahwa itu adalah ramalan”
“itu bukan
salah anda tuan”
“janganlah
kamu panggil tuan, aku ini ayahmu”
“maaf, aku
hanya belum terbiasa”
“biasakanlah,
tidak peduli kau sedang lupa, kami adalah keluargamu kami selalu ingat denganmu,
kau tidak harus pergi kemana-mana, tinggallah bersama kami dan jalani
kehidupanmu seperti biasa, walaupun kau tidak ingat sesuatu apapun, kami bisa memberitahukan
kepadamu apa yang ingin kau tahu”
“emmm, aku
akan..”
Tiba-tiba
pintu diketuk
“apa kalian
selesai? Kau mau berangkat kesekolah tidak Acer?” Axio setengah berteriak di
depan pintu kamar
“baiklah,
segeralah mandi, ibumu akan menyiapkanmu bekal karena kamu belum sempat
sarapan”
dia begitu memperhatikan keluarganya, dan ini sudah jam anak sekolah,
seharusnya dia juga bekerja, tapi dia sudah bukan buruh lagi, aku tidak tahu
apa pekerjaannya sekarang pikirku
“helo? Apa
kalian masih didalam?” Axio kembali setengah berteriak
“iya Axio,”
Ayah juga membalasnya dengan setengah berteriak, lalu berdiri sambil menepuk
pundakku dan berbalik membuka pintu
“tunggu sebentar ya, biar adikmu mandi dulu,
kita tunggu dibawah saja,” ayah berkata kepada Axio dengan tersenyum, aku tidak
begitu mengenal mereka yang mengaku keluargaku, tetapi aku merasa nyaman dengan
suasana ini
“baiklah”
kata Axio dengan sedikit jengkel, lalu
menghadap kepadaku “kutunggu 5 menit Ace”
“baiklah.” Aku
tersenyum padanya .